
KOTA BEKASI - Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bekasi (Kesbangpol) mengadakan acara informasi dan edukasi kepada ormas-ormas di Kota Bekasi dengan tema "KITA TINGKATKAN PERAN ORMAS DALAM MERAJUT TOLERANSI DAN KEBHINEKAAN DALAM BINGKAI NEGARA KESATUAN INDONESIA" pada hari selasa (21/09/2022) di gedung PGRI, Kelurahan Jakasetia Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi.
Hadir dalam acara tersebut perwakilan seluruh 180 ormas yang ada di Kota Bekasi yang dibagi dua sesi acara dalam dua hari.
Hadir sebagai pembicara Kepala Unit Kontra Radikal Densus 88 Polri, Kompol Bambang mengatakan jika Densus 88 sudah diminta mengajukan draft mengenai ideologi pancasila.
Kompol Bambang mengatkan setelah draft tersebut selesai disusun maka akan di kaji bersama oleh Kemenkopolhukam, BPNT, dan Densus 88.
“Siapapun yang belajar di Indonesia dan menolak ideologi pancasila itu tentu nanti ada konsekuensi dan solusi hukumnya,” ungkap Kompol Bambang
Bambang juga mengatakan apabila ada pondok pesantren yang diduga dan terindikasi melakukan penyimpang ideologi dan mengajarkan paham radikal, segera melapor ke pihak Densus 88.
M Sofyan Tsauri mantan terpidana teroris (eks Napiter) mengatakan pergerakan teroris diawali pembentukan kader kekuatan, motivasi dari orang yang memilki ideologi politik tertentu.
Sofyan menyampaikan, bahwa teroris ingin memecah belah bangsa dan negara dengan membungkus mengatas namakan agama.
“Jangankan kepada non muslim, sesama muslim saja masih membeda-bedakan. Bagiamana mereka (kaum radikal) karena tidak sepaham dengan yang lain ideologinya,” jelasnya
Dia mengatakan bahwa para ulama di Indonesia sudah beberapa kali diprovokasi oleh orang -orang yang dimaksud namun hal itu tidak berhasil.
Kesba Ormas Kesbangpol Kota Bekasi Agus Renald mengatakan bahwa acara ini sebagai bentuk informasi dan edukasi kepada ormas agar memberikan sosialisasi ke masyarakat dan melakukan deteksi dini apabila ada tindakan-tindakan di masyarakat yang berpotensi menimbulkan intoleransi dan perpecahan.
"Kita juga berharap untuk mencegah intoleransi dan radikalisme masyarakat bergandengan tangan, tidak mudah terprovokasi dan juga melakukan cross check terhadap informasi-informasi apakah informasi itu dapat dipertanggung jawabkan dan tidak mudah terprovokasi" tutup Agus
(Red)